Ansgarius

Kira, dimana kau sekarang? Aku sudah lelah mencarimu. Kira dimana kau? Apakah begitu marah kau padaku, hingga kau tak mau lagi bertemu denganku ? Kira aku rindu kepadamu, setiap detik wajahmu selalu datang menghantui pikiranku, oh Kira dimana kau? Kira.. Kira…

Akhirnya kini aku benar-benar lepas darimu Antra, walaupun otakku masih saja mengingat wajahmu yang bagaikan malaikat, tapi hatiku selalu mengingatkan kelakuanmu yang bagai iblis…

Kira aku sudah mencarimu dimana-mana, sudah kukorbankan segala milikku hanya untuk mencarimu Kira, maukah kau kembali ke sisiku lagi? Aku selalu ingin bersamamu Kira, hanya kaulah wanita yang sempurna di mataku, tak ada wanita lain yang bisa menggantikanmu Kira, tak ada! Tidak seorang pun! Oh Kira kembalilah kepadaku….


Antra selama ini aku sudah cukup bersabar dengan perlakuanmu, aku selalu berharap kau bisa mengubah kelakuanmu, tapi harapan itu hanya menjadi harapan kosong semata. Antra maaf aku tak bisa kembali lagi ke sisimu…

Oh Kira apa salahku sehingga kau meninggalkanku? Apakah yang telah kuperbuat sehingga kau pergi jauh dari sisiku? Berapa jauh lagi sampai aku bisa menemukanmu? Setiap jalan yang kulalui aku meneriakkan namamu, setiap orang yang kutemui kuperlihatkan fotomu. Tapi apa hasilnya? Nol besar! Kau masih tak kutemukan Kira. Kira kenapa kau menyiksaku seperti ini? Apakah masih kurang perhatianku kepadamu? Apakah kurang rasa cintaku? Oh Kira.. Apa kau pernah melihatku berselingkuh dengan wanita lain? Apakah kau meragukan cintaku? Kira jangan sekali-kali meragukan kesetiaanku padamu. Tak ada satupun wanita di dunia ini yang seperti dirimu Kira. Kau wanita cantik dan penyabar, sosok wanita yang selalu kuimpikan, sosok wanita yang mirip dengan almarhumah ibuku. Oh Kira…

Antra dulu aku mencintaimu hingga kini pun aku masih mencintaimu, tapi aku harus pergi dari sisimu. Aku cinta padamu tapi aku takut pada sifat iblismu. Maafkan aku, Antra…

Kira berapa lama lagi aku harus menunggumu? Aku sudah rindu padamu, wanita yang ada di sini tak ada yang sebanding denganmu, kaulah yang terbaik, Kira….

Antra kau tahu aku tak bisa lagi di sisimu, aku tahu kau begitu setia padaku, tak pernah kuragukan kesetiaanmu padaku, Antra. Tapi aku benar-benar tak sanggup hidup bersamamu walaupun aku mencintaimu. Antra kuharap kau tak mencariku…

Kira malam datang. Kau tahu aku selalu benci malam, aku selalu benci kegelapan. Seterang apapun bintang dan bulan, seterang apapun lampu jalan yang menerangi malam, bagiku malam selalu gelap dan menakutkan, Kira. Kira aku menggigil ketakutan, kemarilah Kira, dekap aku. Aku takut Kira.

Antra, malam datang, aku tak tahu bagaimana keadaanmu di sana. Aku tahu kau takut dengan malam, tapi aku berbeda denganmu Antra, aku selalu menyukai malam. Bulan dan bintang yang bertebaran di langit seakan menjadi suatu petunjuk akan sesuatu harapan, bahwa segelap apapun langit masih ada cahaya yang menerangi, bahkan menjadi petunjuk arah. Begitu juga bagi manusia, segelap apapun keadaan manusia pasti ada seseorang yang akan menerangi dan kadang memberikan jalan keluar segala masalah yang menjadikan manusia gelap. Kau adalah gelap itu, Antra. Kau adalah malam, walaupun kau tak pernah menyukai malam. Tapi aku bukan bintang dan bulan yang bisa menerangimu, kau tertutup awan hitam yang selalu enggan memancarkan sinar sang bintang. Kau adalah malam yang pekat, Antra.

Kira, kakiku sudah lelah melangkah mencarimu. Berapa jauh lagi aku harus melangkah Kira? Kira sekarang aku kembali ke tempat kita bertemu dulu, tapi kau tak ada juga di sini. Kemana lagi aku harus mencarimu, Kira? Kira tak ingatkah kau akan masa indah kita dulu? Kita seperti sepasang merpati yang selalu setia dengan pasangannya. Kau selalu membacakan puisi-puisi yang indah untukku, Kira dan aku selalu memberikan kecupan manis setelah kau selesai membacakan puisi untukku. Kira tak ingatkah kau masa-masa itu?

Antra aku selalu ingat sosokmu saat kita masih muda. Waktu itu aku selalu menganggap kau adalah malaikat yang turun ke bumi. Kau begitu misterius, dan selalu menyembunyikan masa lalumu. Seakan kau benar-benar malaikat yang terbuang ke bumi, yang tak mau menceritakan kenapa Tuhan mengirimmu ke bumi, aku selalu berpikir apakah Tuhan memang begitu Maha Agung yang mengetahui bahwa hambanya ini membutuhkan cinta sehingga dia mengirim malaikat untukku. Tapi aku salah. Kau memang malaikat, tapi malaikat yang terbuang dari surga karena mempunyai sifat yang menakutkan di balik wajah yang rupawan. Malaikat terbuang yang mempunyai dua kepribadian yang saling bertolak belakang. Apakah kepribadianmu yang menarik dan menyenangkan hanya untuk menjebak korbanmu saja?

Masih ingatkah saat kau memimpikan rumah idaman kita yang kelak akan diisi dengan anak-anak kita, Kira? Kita membangun rumah ini persis dengan impianmu bukan, Kira? Bukankah ini rumah yang selalu kau idam-idamkan, Kira? Tapi kenapa kau tak betah tinggal di rumah idamanmu ini? Kenapa kau pergi?

Antra kau membangun rumah yang indah untukku, untuk keluarga kita nantinya. Rumah yang kau buat sama dengan impian kita saat kita masih muda. Rumah yang tidak terlalu besar dengan pekarangan yang luas, yang berisi dengan pohon dan buah, supaya kita bisa dengan mudah menikmati buah-buahan yang segar hasil kerja keras kita. Oh Antra rumah itu sangat indah. Tapi aku tak bisa tinggal di rumah itu denganmu. Kau telah membuat rumah itu mencekam dengan adanya dirimu yang lain di rumah itu. Antra seandainya sosok iblismu tak ada dalam dirimu, aku yakin kita akan hidup bahagia di rumah itu, Antra. Aku yakin…

Kira aku melangkah menuju rumah kita, berharap kau ada di rumah, menantiku dengan senyuman, pelukan, dan ciuman yang hangat dari bibirmu yang merah.

Maafkan aku Antra aku akan pergi jauh dan aku tak sempat berpamitan kepadamu. Bagaimanapun kau adalah pria yang kucintai, sampai sekarang pun aku tak bisa lepas dari sosok malaikatmu. Antra aku rindu padamu, tapi aku tak bisa lagi bertemu denganmu. Hatiku masih menolakmu. Tapi hati ini juga sakit bila memikirkanmu. Selamat tinggal Antra…

“Dokter pasien di kamar 18 bunuh diri.”
“Siapa? Kalau begitu lekas hubungi keluarganya!”
“Kirana, Dok. Setahu saya dia tak punya keluarga lain selain suaminya yang entah berada di mana, dok.”
“Ah, si cantik Kirana. Baiklah, urus saja pemakamannya.”

Kiraaaa….. Aku berteriak di rumah kita kau tak menjawab. Kucari kemanapun di setiap sudut rumah kita, kau tak kutemukan juga, Kira. Dimana sebenarnya kau? Kenapa tega kau meninggalkanku sendirian di sini. Di rumah yang kubangun untukmu. Kira tak kau hargaikah kerja kerasku selama ini? Kubangun rumah ini untukmu, tapi, kau tak ada di sini. Percuma Kira, percuma. Seindah apapun rumah ini, semegah apapun rumah ini semuanya hampa tanpa kehadiranmu, Kira. Bukan kau yang menjadi pelengkap rumah ini, Kira. Tapi, rumah inilah yang menjadi pelengkap keindahanmu. Kira kembalilah!

“Dokter, ada pasien baru.”
“Siapa? Gila karena apalagi? Ah, di negeri ini memang sudah terlalu banyak orang gila! Bisa-bisa dokter yang mengurusi orang gila nanti juga gila!”
“Namanya Antra, dok! Di jalan dia memukuli wanita tanpa alasan. Para tetangganya yang membawanya kemari, dok.”
“Lalu keluarganya?”
“Tidak Tahu, dok. Kata tetangganya dia hanya mempunyai seorang istri yang tidak pernah keluar rumah, sehingga para tetangga pun tak tahu siapa istrinya, dok.”
“Baiklah coba suruh orang atau polisi periksa rumahnya. Jangan-jangan istrinya dia bunuh di rumah. Orang gila sekarang memang beraneka ragam.”
“Baik, dok!”

Kira mereka membawaku ke tempat yang sama sekali asing bagiku. Aku diberi pakaian putih-putih. Kira semua orang yang berada di tempat ini aneh, mereka berlaku sesuka hati mereka. Mereka semua berbicara tak karuan. Oh Kira kemarilah, selamatkan aku dari tempat ini. Kira aku kesepian. Aku takut berada di tempat ini. Setiap hari mereka memberiku obat yang tak kutahu untuk apa itu. Kira, mereka tak mengijinkan aku keluar dari tempat ini untuk bertemu denganmu. Mereka bilang kau ada di sini, jadi aku tak perlu mencrimu kemana-mana lagi. Benarkah yang mereka kataka, Kira? Benarkah kau berada di sini? Kalau benar mengapa kita berada di sini? Apakah mereka juga memaksamu? Oh, Kira aku kesepian.

“Dokter, pasien yang baru masuk memukul setiap wanita yang ada di rumah sakit.”
“Ah, pasien baru itu memang punya kecenderungan melakukan tindakan kekerasan. Segera masukkan ke kamar yang baru saja ditinggalkan si cantik Kirana.”

Kira.. Ternyata kau benar-benar berada di sini, ternyata apa yang mereka katakan benar. Sudah lama aku mencarimu, aku senang sekali bisa bertemu lagi denganmu, Kira. Oh, Kira kemarilah datang padaku. Mari kemarilah, aku akan menceritakan padamu masa lalu yang selalu kusembunyikan, yang tak pernah kukatakan pada siapapun, kini akan kuceritakan padamu. Karena kau, Kira, wanita yang paling kucintai di dunia ini. Kemarilah, Kira duduklah di sebelahku.

Kira, kau tahu, ibuku adalah wanita yang cantik, sangat cantik. Seperti kau Kira, ya seperti kau. Sifatnya pun mirip denganmu, baik, selalu melindungiku dan menemaniku kemanapun aku pergi. Setiap aku ingin tidur, ibu bersenandung untukku, mencium keningku dan mengucapkan selamat malam untukku. Kira tak ada wanita lain secantik dan sebaik ibuku seumur hidupku, sampai aku menemukanmu. aku selalu merasa kau adalah ibuku yang turun lagi ke bumi untuk menemaniku. Kau tahu Kira, dulu ayahku adalah orang yang sangat jahat. Dia suka sekali memukulku, dan ibulah yang selalu membelaku, hingga ibu pun sering mendapat pukulan dari ayahku. Kira, ibuku meninggal di pangkuanku, dengan senyuman yang indah dari bibirnya yang merah karena darah. Oh, Kira saat itulah ibuku terlihat sangat cantik di mataku, di mata seorang anak yang berumur sembilan tahun. Ayahku, Kira, bersedih ketika melihat ibuku. Itulah pertama kali aku melihat ayahku menangis. Ayahku menangis dan ia menjatuhkan pemukul baseball yang digunakan memukul ibuku, kemudian Kira, ayah mengambil tubuh ibu dari pangkuanku. Tentu aku tak mau melaepaskan ibuku, aku tak mau ibuku direbut dari pangkuanku, tapi ayah tak peduli, dia mendorongku, mengangkat tubuh ibu, dan menguburkannya di halaman belakang. Setelah itu ayah pergi Kira, pergi jauh meninggalkanku sendiri. Aku tak menangis, Kira, tidak! Aku kuat, itulah yang selalu ibu katakan kepadaku, Kira. Aku tak pernah menangis ketika ayah memukulku, dan ibu bangga padaku karena itu. Kira, ibuku baik bukan?
Kenapa kau diam saja, Kira? Oh kau memang pendengar yang baik Kira. Kau selalu mendengarkan keluh kesahku. Setelah itu Kira, aku tinggal bersama bibiku. Kira dia seperti ayahku, dia suka memukulku. Pikirku semua wanita seperti ibuku, Kira, ternyata tidak. Tentu saja, kecuali kau Kira, hanya kau wanita yang mirip ibuku.
Ah, kenapa Kira? Kenapa aku selalu memukulimu? Kenapa aku melakukan tindakan yang sama seperti ayah dan bibiku? Kapan, Kira? Kapan? Aku tak ingat pernah memukulmu. Ah, aku tahu,Kira, itu pasti bukan aku. Itu pasti ayahku, aku tak pernah memukul seorang wanita, Kira. Akhirnya aku tahu dimana ayah pergi, dia tidak pergi kemana-mana. Ayah tak pergi jauh, dia berda di dlaam diriku, menyiksamu sama seperti ketika ayah menyiksa ibu. Oh, Kira maaafkan aku, kau tahu aku tak akan pernah memukulmu. Percayalah itu bukan aku, Kira. Percayakah kau padaku, Kira? Tentu saja kau pasti percaya padaku, Kira.
Apa, Kira? Kau ingin aku ikut kau? Kemana Kira? Ke tempat yang indah? Aku bisa bertemu ibuku di sana? Tentu, tentu aku mau Kira. Asalkan aku bisa bersamamu dan ibu aku mau. Baik Kira, tunggu aku Kira. Oh, Kira bahagianya aku bisa bertemu denganmu lagi, Kira. Kau tahu Kira hanya kau dan ibuku lah wanita yang paling kucintai di dunia ini. Aku akan senang bisa bersama denganmu selamanya…

“Dokter, pasien baru itu juga bunuh diri!”
“Pasien baru yang mana? Rumah Sakit ini penuh dengan orang jiwa baru, yang mana?”
“Itu, dok, pasien yang suka memukuli wanita, yang baru saja di pindah ke kamar 18.”
“Kamar itu lagi? Siapa namanya?”
“Antra, dok.”
“Oh, ya. Antra. Lalu bagaimana tentang penyeldikan di rumahnya? Apakah mereka menemukan istrinya di sana?”
“Mmm.. itu anu, dok.”
“Anu apa? Kalau bicara yang jelas!”
“Istrinya tidak ditemukan di rumahnya, dok.”
“Lalu maksud kamu dia sudah minggat dari rumah itu? Ya wajar kalau suaminya seperti itu.”
“Istrinya dulu pasien sini, dok.”
“Ha? Istrinya orang gila? Wah klop, orang gila menikah dengan orang gila. Lalu siapa istrinya? Memang sekarang dia sudah waras? Kok pakai kata-kata dulu.”
“Iya dok, dulu. Sekarang dia sudah meninggal. Istrinya dulu kemari atas inisiatif sendiri dan minta kamar khusus dan akhirnya bunuh diri di kamar itu, dok. Di kamar 18. Sama seperti kamar yang diempati pasien itu.”
“Ah, si cantik yang malang. Kirana.”

Label: edit post
7 Responses
  1. blog-Vrman Says:

    Kunjungan pagi Untuk Silaturahmi ... Ada yang ingin Tukeran Banner Link????Langsung aja datang Ke Blog Q ...

    Banner Sobat Sudah Di Pasang , Mohon Di Back Banner link ya ... , Banner Sobat Bisa Di check Kembali di Blog q


  2. zujoe Says:

    cerpen yaa??? keren bro...


  3. Unknown Says:

    mo belajar nulis cerpen? ke http://tips-write-shortstory.blogspot.com aja ya.


  4. Ansgarius Says:

    makasih atas sarannya


  5. scorvgirl Says:

    awalnya aku kira gundamseed. hehehehe


  6. lovepassword Says:
    Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

  7. lovepassword Says:

    Hallo..halo salam kenal