Ansgarius

Antra sedang duduk di ruang kantornya, tempatnya menerima klien. Dia sedang asyik berkutat dengan komputer ketika seseorang mengetuk pintu kantornya.
“Masuk,” katanya singkat mempersilakan seseorang yang berada di luar pintu itu untuk masuk.
Ketika pintu dibuka tampaklah seorang wanita separuh baya, yang tak dapat diragukan lagi seorang yang cukup terhormat dan kaya. Hal itu dilihat dari pakaian yang dikenakannya. Tapi kenapa wanita ini mendatangi kantornya dia masih belum tahu pasti. Antra tahu persis siapa wanita ini. Wanita itu dengan sedikit ragu-ragu duduk di bangku yang sudah disediakan. Antra memandang sebentar monitornya dan segera mengalihkan perhatian sepenuhnya ke wanita itu.
“Apa keperluan anda, Nyonya? Tak biasanya seorang wanita datang kemari jika tak ada keperluan yang rahasia dan mendesak. Apakah ini berhubungan dengan putri anda?”
Wanita itu sedikit terkejut dengan pernyataan Antra.
“Bagaimana anda bisa tahu kalau saya datang kemari karena mencari anak saya yang lari dari rumah?”
“Bukankah sebelumnya saya sudah bilang pada anda, jarang ada seorang wanita datang kemari kecuali urusan yang dirahasiakan, dan mendesak sehingga tak perlu pesuruh untuk datang kemari. Bagi seorang wanita kalau tidak anak, suami atau selingkuhan yang perlu mereka bicarakan dengan saya. Kecemasan di wajah anda bukan kecemasan wajah seorang istri yang memikirkan suami atau selingkuhan, tapi lebih kepada kecemasan yang tulus kepada sang buah hati. Saya sudah cukup berpengalaman untuk tahu hal ini.”




Wanita itu terlihat tak terlalu tertarik mendengarkan penjelasan Antra, kemudian dia membuka tas, mengambil foto, kertas dan kartu nama kemudian menyerahkannya kepada Antra.
“Itu kartu nama, foto anak saya dan surat yang ia tinggalkan di meja rias kamarnya . Dia pergi dari rumah sejak dua hari yang lalu. Suami saya tak ambil pusing dengan masalah ini, dia terlalu sibuk dengan urusannya sendiri. ‘Jangan terlalu dipikirkan dia pasti nanti pulang sendiri, namanya juga anak muda,’ itulah yang selalu dikatakan suami saya. Selama dua hari ini saya sudah mencari anak itu kemana-mana, sudah saya hubungi saudara dan teman-temannya tetap tak ada yang tahu. Akhirnya saya tahu kantor ini dari seorang teman, yang katanya anda cukup bisa diandalkan.”
Antra tersenyum kecil mendengar kata ‘cukup bisa diandalkan’, baginya kata-kata itu kurang memuaskan hatinya, dan ia tahu wanita yang di depannya ini tak akan peduli dengan itu.
“Lima puluh juta.”
Wanita itu sedikit heran dengan perkataan Antra.
“Maksud anda?”
“Lima puluh juta, itu harga yang saya tawarkan kepada anda untuk mencari anak anda yang hilang dan mau kembali ke rumah anda,” kata Antra dengan tetap tenang. Baginya proses tawar menawar harga juga merupakan negosiasi, dan dia tak mau gagal pada proses awal dan sederhana ini.
“Apakah harus semahal itu?”
“Ah, ini saya masih pasang harga promosi untuk anda, Nyonya. Saya tahu pasti, ini tak akan mahal bagi anda. Anda sudah pernah menggunakan jasa detektif dan itu tidak terlalu banyak berguna, bukan? Karena putri anda tetap tak mau pulang atau sudah pulang tapi pergi lagi.”
“Ya, saya pernah menggunakan biro detektif, dan seperti yang anda katakan dia pulang karena dipaksa kemudian pergi lagi. Karena itulah saya merasa memerlukan jasa anda. Baiklah, berapapun biaya yang anda minta asalkan anak saya betah di rumah, saya akan bayar.”
“Tapi putri anda betah di rumah atau tidak itu juga tergantung dengan orang tuanya apakah mau menuruti permintaan putrinya atau tidak,” kata Antra masih dengan ketenangan yang tidak dibuat-buat.
“Maksud anda?”
“Ini adalah proses negosiasi. Dan untuk kasus ini satu sisi pasti mengharapkan keuntungan juga. Win-win solution, anda pasti tahu istilah itu, bukan? Bukan pihak orang tua saja yang untung tapi juga pihak anak. Jadi, apa yang nantinya diusulkan oleh anak anda harus anda turuti.”
Wanita itu masih agak ragu, sebelum akhirnya mengangguk tanda setuju.
“Baiklah selanjutnya serahkan pada saya, saya pasti berusaha membawa anak anda pada anda.”
Wanita mengangguk dan segera keluar dari kantor Antra. Setelah wanita itu keluar Antra memandangi foto yang diberikan padanya. Seorang gadis yang cantik dengan rambut panjang dan bibir tipis yang indah. Hanya dengan melihat wajahnya saja Antra tahu kalau gadis yang di dalam foto ini adalah tipe gadis pemberontak dan cerdas, dan dengan jujur mengakui tipe seperti inilah yang sangat dijauhi olehnya. Tipe manusia yang mempunyai sifat yang sama dengannya.
“Bakal repot, nih,” kata Antra sambil menggaruk-garuk kepalanya, setelah itu dia mengambil handphone dan menghubungi beberapa nomor informannya.

Label: edit post
3 Responses
  1. inibisniskoe Says:

    entuk inspirasi ko ngendi teng??


  2. Ansgarius Says:

    Hanya imajinasi wae an....


  3. ritz Says:

    nice post sob,gd lck...