Sore itu Antra memandang langit yang berwarna merah yang dipadu dengan burung-burung beterbangan, membuat keindahan langit itu menjadi sempurna. Tapi suasana langit yang cerah itu tak sama dengan suasana hatinya yang sedang mendung. Dia merasa ada sesuatu yang hilang dalam hidupnya, dan dia tahu persis apa itu. Tapi baginya tak ada gunanya menyesali apa yang terjadi di masa lalu, dia hanya bisa terus melanjutkan hidupnya saja, dengan membuat masa lalu sebagai pengalaman. Puas memandangi langit sore itu dia pergi mengunjungi restoran tempat dia biasa menikmati makan malam, maklum dia adalah seorang pemuda yang meraih kesuksesan di usia yang cukup muda, dua puluh lima tahu. Tapi kesuksesan itu tak diimbangi dengan kehidupan cintanya, kini saat usianya mendekati empat puluh tahun dia masih hidup sendiri. Sudah banyak teman-temannya yang menjodohkan dia, tapi semuanya, dengan sopan, ditolaknya. Dia selalu mengatakan bahwa dia ingin memantapkan karirnya dulu sebelum menikah. Tapi itu semua tentu hanya omong kosong. Karirnya sudah cukup, lebih dari cukup bahkan, untuk membina suatu rumah tangga.
Antra adalah orang tertutup yang tidak suka mengumbar rahasia pada orang lain, selain itu dia pintar menyimpan rahasia, karena itulah dia selalu menjadi tempat bagi teman-temannya mengatakan semua unek-unek mereka. Tapi Antra tidak mempunyai tempat untuk menyatakan semua yang tersimpan dalam hatinya. Apa yang sedang dialaminya, apa yang sedang mengganggu pikirannya saat ini tdiak ada yang mengetahuinya, dan dia pintar menyembunyikan semua itu. Dia adalah seorang aktor hebat yang mampu memainkan peran bahagia di saat dia sedang mengalami derita terburuk sekalipun. Walaupun dia adalah orang tertutup bukan berarti dia mempunyai sedikit teman, sebaliknya dia mempunyai banyak teman dari berbagai kalangan, kalangan kelas tinggi maupun kelas bawah. Dia memang bukan orang yang senang berbicara, dia selalu merasa canggung mengobrol dengan orang lain, apalagi dengan orang yang baru dikenalnya, tapi itu semua tertutupi dengan kelebihannya yang lain, salah satu kelebihan yang menjadikan dia mempunyai banyak teman.
Dia seorang pendengar yang baik, walaupun dia tidak suka membuka pembicaraan, orang yang berbicara dengannya pasti melihat sesuatu darinya yang selalu membuat mereka selalu merasa nyaman untuk berbicara panjang lebar. Dan bila itu terjadi Antra yang tertutup akan memainkan perannya sebagai seorang konsultan, yang selalu berbicara di saat yang tepat dan membuat lawan bicaranya semakin nyaman dengannya, bahkan sampai membuka rahasia. Itulah kelebihan Antra. Tapi dibalik semua itu dia mempunyai kelemahan, dia memang dengan mudah membuat orang lain nyaman, tapi dia sendiri tidak mempunyai tempat yang nyaman, kecuali dirinya sendiri, untuk membuka rahasia. Itulah kenapa banyak temannya, bahkan semuanya, tidak mengetahui siapa Antra sebenarnya.
Di dalam restoran Antra mulai memesan makanan seperti yang biasa dia pesan di hari-hari sebelumnya, dan itu tidak pernah membuatnya bosan. Setelah puas menikmati makanan itu Antra pergi ke suatu tempat dimana dia bisa menikmati suasana malam, suatu tempat yang bisa membangkitkan kenangan lama yang indah tapi menyakitkan. Mobilnya melaju dengan pelan, baginya tak ada gunanya tergesa-gesa. Sesampainya di taman itu dia duduk, dan matanya mulai mengembara ke berbagi sudut taman itu berharap akan menemukan sesuatu yang dia cari. “Semua ini sia-sia,” pikirnya, “aku tak akan pernah bertemu dengannya lagi. Lagipula pertemuan itu hanya kebetulan saja.”
Di taman itu dia hanya duduk, udara dingin yang menusuk tak dapat mengganggunya. Di taman itu, lima tahun yang lalu, Antra bertemu dengan seorang wanita cantik berwajah sendu, tapi wajahnya yang sendu itu membuatnya terlihat makin cantik.
“Maaf, bolehkah saya duduk di sini?”
Antra yang sedang melamun terkejut dan tanpa berkata apa-apa dia menyilakan wanita itu duduk. Wanita itu mempunyai wajah sendu yang sama dengan wanita yang ditemuinya lima tahun yang lalu, hanya memang dia tidak secantik wanita yang ditemuinya lima tahun lalu, tapi Antra tahu wanita ini mempunyai daya pikat lain yang membuat setiap pria bisa bertekuk lutut kepadanya. Seperti biasa Antra tak berani membuka suatu pembicaraan, dia hanya menunggu wanita itu yang memulainya. Antra takut bila ia mengajak wanita itu bicara dia hanya akan mengusik perenungan wanita itu. Antra menunggu wanita itu cukup dengan perenungannya dan memulai berbicara dengannya, Antra yakin akan hal itu. Dia sudah sering mengalami hal seperti ini, termasuk dengan wanita lima tahun yang lalu.
Setelah cukup lama diam, akhirnya wanita itu berpaling kepadanya dan mulai mengajaknya bicara, ”udara malam ini dingin, ya?”
Dan kini Antra memainkan perannya. “Ya, begitulah.”
“Manusia memang aneh, tidak pernah puas akan sesuatu, dan selalu mengeluhkan sesuatu. Setiap panas menyengat, mereka mengeluh. Saat dingin pun sama.”
“Itu memang sifat dasar manusia yang tak terbantahkan. Tapi saya yakin manusia yang mampu berpikir jernih akan menganggap panas, dingin, atau hujan sama saja. Semua ada manfaatnya, tidak bagi diri sendiri tapi bagi orang lain.”
“Ya, anda benar. Tapi jarang ada orang seperti itu, anda termasuk orang yang langka bila anda berpikir seperti itu.”
“Ya, bila anda mengatakan itu saya serasa menjadi orang tua yang sudah mengalami banyak pengalaman tentang kehidupan.”
Wanita berwajah sendu itu tersenyum kecil, “Setiap orang yang melihat anda tak akan pernah menganggap anda tua.”
“Ya, karena saya memang masih muda,” balas Antra dengan sedikit tersenyum.
“Nama saya Rina,” wanita itu mengenalkan dirinya.
“Antra,” jawabnya sembari mengulurkan tangannya.
“Sedang apa anda di sini? Apakah istri anda tidak mencari anda?” tanya wanita itu.
“Saya suka ke tempat ini, menikmati malam gelap ditemani sang bulan. Lagipula saya belum mempunyai istri, entah kenapa saya lebih suka hidup sendiri.”
“Yah memang lebih baik hidup sendiri daripada hidup berkeluarga tetapi sama sekali tidak bisa memahami satu sama lain,” kata wanita itu, saat mengatakan hal itu wajahnya terlihat sedih.
“Maaf kalau saya berlaku lancang, apakah ada yang mengganggu pikiran anda?”
“Tak apa, memang setiap orang yang melihat saya pasti akan berpikiran sama seperti anda,” kata wanita itu. “Mungkin saya bisa bercerita kepada anda, saya tahu anda adalah orang baik. Saya tak tahu harus bercerita kepada siapa, saya bukan orang yang mempunyai banyak teman. Setelah saya melihat anda saya tahu anda adalah orang yang tepat untuk mengeluarkan semua hal yang sudah saya alami. Dan saya akan tenang mengakhiri semua ini. Saya harap anda tidak keberatan.”
“Silakan, saya sama sekali tidak keberatan. Yah, tidak baik bagi seseorang memendam sesuatu selamanya. Saya akan membantu semampu saya,” kata Antra yang lupa bahwa dia sendiri adalah seseorang yang selalu memendam semuanya sendirian.
“Anda memang orang baik. Dan entah kenapa saya merasa nyaman duduk di sini dan berbicara dengan anda, padahal saya bukan orang yang mudah bergaul dan berbicara panjang lebar dengan seseorang apalagi orang yang baru saya kenal.”
Antra hanya mengangguk, mengerti.
“Saya seorang single parent, suami saya meninggal karena kecelakaan dan meninggalkan saya dan anak semata wayang kami yang masih berusia lima tahun. Sepeninggal suami saya, saya bekerja untuk menghidupi keluarga saya. Saya terlalu mencintai suami saya, banyak pria yang melamar saya tapi semua saya tolak. Cukup anak saya yang menjadi kebahagiaan saya, hati saya serasa sudah beku untuk menerima pria lain menggantikan suami saya. Tapi kelihatannya saya memang harus mengalami takdir yang sangat buruk, satu minggu yang lalu anak saya meninggal karena penyakit, dan kini saya tak tahu lagi apa yang harus saya lakukan. Semua yang membuat saya bahagia dan menikmati kehidupan sudah tidak ada. Mungkin saya hanya bisa menyusul mereka dan berbahagia bersama mereka di alam sana. Saya merasa hidup saya di dunia ini sudah tak ada berguna.” Wanita itu terdiam setelah menceritakan hal yang mengganjal hatinya. Seakan setelah mengatakan ini dia sudah siap mengakhiri hidupnya.
Antra diam sebentar, hal ini sama dengan apa yang dialaminya lima tahun yang lalu, pertemuannya dengan wanita cantik berwajah sendu yang merasa hidupnya sudah tak berarti karena dia menjadi korban kebejatan beberapa pemuda yang memperkosanya bergiliran. Antra sendiri tak tahu apakah wanita lima tahun lalu itu masih hidup atau tidak. Antra sudah berusaha sebaik mungkin waktu itu, dan keputusan akhir tetap barada di tangan wanita itu sendiri. Dan kini dia menghadapi wanita cantik berwajah sendu lain dengan problema yang berbeda. Memang dalam kehidupan manusia, terdapat berbagai macam masalah.
“Anda cantik dan masih muda,” kata Antra dengan lembut, “saya tahu cinta anda yang dalam kepada suami dan anak anda adalah suatu bukti kesetiaan anda yang luar biasa. Mungkin anda berpikir bahwa kehidupan anda sekarang tidak ada gunanya, saya tak akan mengatakan apakah suami dan anak anda senang apabila anda mengakhiri hidup anda sekarang. Tidak, saya tak mengatakan demikian. Saya hanya akan mencoba mengajak anda berpikir ke depan, jauh ke depan. Lima tahun, sepuluh tahun atau bahkan lima puluh tahun mendatang. Saya adalah orang yang mempercayai takdir, seperti pertemuan kita sekarang, bagi saya ini merupakan takdir. Tapi saya tidak percaya bahwa orang bunuh diri adalah takdir, bunuh diri adalah keinginan orang itu sendiri, yang bagi saya malah merusak lingkaran takdir. Pernahkah anda berpikir lima tahun yang akan datang anda sebenarnya bisa menyelamatkan nyawa seorang anak kecil yang akan tenggelam di pantai, tapi karena anda sudah mengakhiri hidup anda sekarang, rencana besar yang sudah disusun oleh Yang Maha Kuasa untuk setiap pemeran dalam panggung yang besar ini berantakan. Mungkin anak itu tidak akan bisa terselamatkan, karena aktor yang seharusnya menolongnya tidak ada. Karena setiap pertemuan antar manusia adalah takdir yang sudah dirancang dengan begitu indah dan sempurna. Bunuh diri hanya akan membuat skenario yang sudah disusun berantakan.”
Setelah mengatakan itu Antra diam, membiarkan wanita itu berpikir. Antra tak bisa memaksa wanita itu untuk tidak melakukan hal konyol itu. Paksaan hanya akan menimbulkan kesan yang tidak mengenakkan. Dia lebih menyukai pendekatan yang lembut, membiarkan wanita itu berpikir ke depan.
“Mungkin anda benar. Mungkin juga tidak. Tapi terima kasih anda sudah meluangkan waktu anda bagi saya.” Wanita itu berdiri dan mengulurkan tangannya, berpamitan dengan Antra.
“Apakah anda tidak ingin mengetahui apa yang akan terjadi pada hidup anda esok? Saya selalu ingin mengetahuinya,” kata Antra sembari menyambut uluran tangan wanita itu dengan tersenyum.
Wanita itu tersenyum dan pergi meninggalkan Antra.
“Ah, satu lagi drama kehidupan manusia,” gumam Antra.
Ketika Antra bersiap meninggalkan taman itu terdengar suara wanita yang memanggilnya. Antra menoleh, dia melihat seorang wanita berlari ke arahnya dan langsung menjabat tangannya. Dari belakang wanita itu terlihat sosok pemuda tampan yang tersenyum sopan kepadanya dan Antra membalas senyuman itu.
“Ternyata anda masih senang menikmati malam ini, beruntung saya bisa bertemu anda lagi. Anda tentu masih ingat dengan saya, bukan?” tanya wanita itu.
“Tentu, saya tidak akan pernah melupakan setiap orang yang pernah saya temui,” balas Antra. “Bagaimana kabarmu sekarang, Gita?”
“Baik. Oh, kenalkan Andre tunangan saya, minggu depan kami akan menikah. Saya akan sangat bahagia bila anda mau hadir ke pesta pernikahan kami.”
“Tentu saya pasti datang, ini kartu nama saya,” kata Antra dengan memberikan kartu namanya.
“Saya pasti mengirimkan undangan pernikahan kami. Awas kalau tidak datang!” ancamnya dengan senyum menggoda. “Baiklah kami permisi dulu.”
Antra mengangguk. Samar-samar dia masih mendengar pria itu bertanya kepada wanita itu: “Siapa dia?”
“Malaikat penyelamat.”
Antra tersenyum dan meninggalkan taman itu.